BAB
1
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA
FILSAFAT KETUHANAN
Kelompok 1
LutfI Handayani
Devi Sri Rahayu
Dea Adinda Putri
Karwi
Sri Mulyania
STIKes
Muhammadiyah Ciamis
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.20 Tlp./ Fax.
(0265)773052 Ciamis 46216
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt
atas nikmat sehat beserta kesempatan dalam membagi waktu, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Pendidikan Agama islam mengenai “Filsafat Tuhan” dengan
lancar dan terkoordinir demi pencapaian nilai sesuai tugas yang telah diberikan
kepada kami.
Melalui makalah ini kami akan membahas sebuah materi yang
merupakan poin dari silabus pembelajaran Pendidikan Agama Islam di STIKes
Muhammadiyah Ciamis dengan judul
“Filsafat Ketuhanan”.
Tentunya pembuatan makalah ini tidak lepas dari
kesulitan-kesulitan atau pun permasalahan yang harus diselesaikan. Namun dengan
kebersamaan dan mengerahkan kemampuan, kami dapat menyelesaikan tugas
Pendidikan Agama kelompok kami.
Semoga Bapak dapat menerima tugas kami dengan nilai yang
sesuai atas usaha dari kelompok kami.
Daftar Isi
Kata
Pengantar
|
|
BAB
I
Pendahuluan
Tujuan
|
1
1
|
BAB
II
Pembahasan
Materi
|
|
Pengertian
Filsafat Ketuhanan
|
2
|
Pemikir yang mempercayai adanya Allah
|
4
|
BAB
III
Kesimpulan
|
16
|
Resume
|
17
|
Penutup
|
18
|
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Diihat dari segi bahasa, maka
“filsafat” berasal dari kata Arab yang berasal dari bhahasa yunani kuno
“philosophia” yang merupakan kata majemuk. Philo berarti suka atau
cinta, dan Sophia berarti kebijaksanaan. Jadi arti menurit
namanya saja: cinta kepada.kebijaksanaan.
Menurut sejarah filsafat, istlah
“philosophi” pertama sekali dipergunakan sekolah Socrates, kemudian
platomenamakan suatu ilmu pengetahuantentang kegiatan jiwa manusia.
Guna memahami maksud dan tujuan
serta lingkaran pembahasan filsafat, maka tidak hanya diperlukan makna filsafat
menurut bahasa(logat), melainkan lebih dari pada itu diperlukan pengertian
menurut istilah yang diberikan oleh para ahli yang terkandung jauh lebih
luas dibandingkan dengan arti menurut arti bahasa.
Percakapan antara Herodates dan
Thucydides (yunani) membayangkan makna filsafat menurut alam pikiran yunani
yakni sebagai berikut: “perasaan cinta kepada ilmu kebijjaksanaan dengan
keinginan untuk memperoleh kepandaian atau ilmu kebijaksanaan itu”
B.
Tujuan
Ø Memahami arti Ketuhanan
Ø Mengetahui sifat-sifat Ketuhanan
Ø Menelaah Penciptaan Tuhan
Ø Memberikan keyakinan maupun keimanan tentang Tuhan
BAB II
Pembahasan Materi
Filsafat
Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka
dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama
tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan
wahyu di dalam usaha memikirkannya.
Jadi Filsafat Ketuhanan adalah
pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang
dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara
absolut atau
mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk
sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Penelitian tentang Allah dalam Ilmu Filsafat
Penelaahan tentang Allah dalam
filsafat lazimnya disebut teologi filosofi. Hal ini bukan menyelidiki
tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni makhluk yang
diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi
bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula
pada teodise.
Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam filsafat.
Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan, sebab dapat menimbulkan
kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah cara ilmiah untuk
membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan dengan filsafat
lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll). Maka para filsuf
mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik,
dan secara refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran Allah melalui sekitar diri kita.
Studi tentang tabiat Allah dan
kepercayaan
Ide tentang Allah pada orang
beragama secara
umum biasanya dijelaskan dalam tabiat Allah; "Yang
Maha Tinggi" (Anselmus mengatakan: "Allah adalah sesuatu yang lebih
besar dari padanya tidak dapat dipikirkan manusia)Yang Maha Besar, Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Baik dan sebagainya.
Menurut Anselmus, ajaran-ajaran
kristiani bisa dikembangkan dengan rasional, jadi tanpa bantuan otoritas lain
(Kitab Suci, wahyu, ajaran Bapa Gereja). Bahkan ia bisa menjelaskan eksistensi
Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga oleh mereka yang
tidak beriman. Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang menerima
begitu saja ajaran agama, namun juga menanyakannya dari siapa dan mengapa dirinya
ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.
Beberapa sikap orang beriman
dalam mencari pencerahan akan adanya Allah:
·
Manusia yang menerima begitu saja
dikarenakan ajaran turun-temurun dari para
pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan tanpa bertanya.
·
Manusia mulai bertanya mengapa dirinya
ada?[ Mengapa alam ada?
·
Kemudian menanyakan Allah terkait;
siapa, isinya, dan mengapa Dia ada?
Semua jawaban itu akan dijawab
oleh para ahli dalam bidang yang disebut
teologi; theos
dan logos, ilmu tentang hubungan manusia dan ciptaan dengan ALlah.
Jawaban-jawabannya bisa sangat beragam, tergantung
agama dan kepercayaan
yang mana yang memberikan jawaban. Namun setidaknya ada beberapa kesimpulan
yang mereka berikan sebagai jawaban:
- Allah ada, dan adanya Allah
itu dapat dibuktikan secara rasional juga; - Allah ada, tetapi tidak dapat
dibuktikan adanya; - tidak dapat diketahui apakah Allah benar-benar ada; -
Allah tidak ada, dan ketentuan ini dapat dibuktikan juga.
Teisme adalah faham yang
mempercayai adanya Tuhan. Berasal dari bahasa Yunani Θεός=Teos dan
νόμος=hukum=aturan=paham, jadi sebuah aturan atau paham tentang Tuhan atau
pengakuan adanya Tuhan.
Pemikir yang mempercayai adanya Allah
Santo Agustinus(354-430)
Santo
Agustinus percaya bahwa Allah ada dengan melihat
sejarah dari
drama penciptaan,
yang melibatkan Allah dan manusia. Allah menciptakan daratan untuk manusia,
menciptakan manusia (Adam) yang ber
dosa melawan Allah. Lalu
Adam dan
Hawa diusir dari
Taman Eden.
Kemudian setelah manusia berkembang, mereka berdosa lebih lagi dan dihukum dengan
air bah dalam sejarah
Nuh.
Orang-orang
Yahudi
yang diberikan perjanjian Allah ternyata tidak dapat memeliharanya sehingga
dihukum melalui
bangsa-bangsa
lain. Lalu Allah yang maha kasih menebus manusia melalui Yesus Kristus. Dari
sejarah ini Allah dapat selalu ada di tengah-tengah manusia. Memang Agustinus
adalah
Bapa
gereja,
Uskup
dari Hippo yang membela
eksistensi Allah dari pandangan-pandangan lain yang
ingin meruntuhkan paham
teisme. Tuhan didefinisikan dari sifat-sifatnya; maha tahu,
maha hadir, kekal, pencipta segala sesuatu. Namun lebih lagi, Tuhan bukan ada
begitu saja, namun selalu terhubung dalam peristiwa-peristiwa besar manusia.
Thomas Aquinas (1225-1274)
Santo
Thomas Aquinas
Thomas
Aquinas menggabungkan pemikiran
Aristoteles
dengan
Wahyu
Kristen. Kebenaran iman dan rasa pengalaman bukan hanya cocok, namun juga
saling melengkapi; beberapa
kebenaran, seperti misteri dan
inkarnasi
dapat diketahui melalui wahyu, sebagaimana
pengetahuan dari
susunan
benda-benda
di dunia, dapan diketahui melalui rasa pengalaman; seperti kesadaran manusia
akan eksistensi Allah, baik wahyu maupun rasa pengalaman dipakai untuk
membentuk persepsi tentang adanya Allah.
Thomas Aquinas terkenal dengan
lima jalan (dalam Bahasa Latin; quinque viae ad deum) untuk mengetahui
bahwa Allah benar-benar ada.
·
Jalan 1 adalah gerak, bahwa
segala sesuatu bergerak, setiap gerakan pasti ada yang menggerakkan, namun
pasti ada sesuatu yang menggerakkan sesuatu yang lain, namun tidak digerakkan
oleh sesuatu yang lain, Dialah Allah.
·
Jalan 2 adalah sebab akibat,
bahwa setiap akibat mempunyai sebabnya, namun ada penyebab yang tidak
diakibatkan, Dialah sebab pertaman, Allah.
·
Jalan 3 adalah keniscayaan, bahwa
di dunia ini ada hal-hal yang bisa ada dan ada yang bisa tidak ada (contohnya
adalah benda-benda yang dahulu ada ternyata ada yang musnah, namun ada juga
yang dulu tidak ada ternyata sekarang ada), namun ada yang selalu ada (niscaya)
Dialah Allah.
·
Jalan 4 adalah pembuktian berdasarkan derajat
atau gradus melalui perbandingan, bahwa dari sifat-sifat yang ada di dunia (
yang baik-baik) ternyata ada yang paling baik yang tidak ada tandingannya
(sifat Allah yang serba maha) Dialah Allah.
Jalan 5 adalah penyelenggaraan,
bahwa segala ciptaan berakal budi mempunyai tujuan yang terarah menuju yang
terbaik, semua itu pastilah ada yang mengaturnya, Dialah Allah.
Descartes (1596-1650)
Rene
Descartes memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang merupakan
“gabungan antara
pietisme Katolik dan
sains. Descartes adalah seorang
filsuf rasionalis yang terkenal dengan pemikiran
ide Allah. Tantangan
yang mendorong Descartes adalah keragu-raguan radikalnya,
The Methode of
Doubt , bahkan menurutnya,
"indera bisa saja menipu, Yang Maha Kuasa
dalam bayangan kita juga bisa saja menipu, sebab kita yang membayangkan".
Dalam menjawab
skeptisisme
orang-orang pada masanya, maka dalam tinggalnya di Neubau, dekat kota
Ulm -
Jerman, disebut
sebagai “perjalanan menara”, kata lain dari
meditasi yang
dilakukan, dia menemukan
Cogito, ergo sum tahun 1618. Karena orang pada
zamannya meragukan apa yang mereka lihat, maka hal ini dipatahkan oleh Descartes
bahwa apa yang dipikirkan saja sebenarnya sudah ada, minimal di pikiran.
Orang bisa menyangkal segala
sesuatu, namun ia tidak bisa menyangkal dirinya sendiri.
Jadi Allah di sini juga demikian, Allah sudah ada dengan sendirinya, bahkan
lebih jauh Descartes mencari bukti-bukti empiris yang dia warisi dari para
pendahulunya.
Keterbukaan
untuk mengemukakan ide dalam pikiran, maka segala sesuatu yang dapat dipikirkan
pasti bisa ada. Alkitab salah satu bukti eksistensi Allah, kemudian juga relasi
bahwa manusia, binatang, malaikat, dan
obyek-obyek lain ada
karena
natural light yang adalah Allah sendiri.
Filsafat Ketuhanan menurut Descartes adalah berawal dari fungsi
iman, yang pada akhirnya berguna untuk menemukan Allah. Tanpa iman manusia
cenderung menolak Allah. Ada dua hal yang bisa ditempuh agar
Aku sampai
pada Allah, 1. sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia) pasti diakibatkan
oleh penyebab pertama, yaitu Allah. Jalan yang kedua adalah secara ontologis,
yang diwarisinya dari Anselmus. Allah yang ada itu tidak mungkin berdiri
sendiri, tanpa ada kaitan dengan suatu
entitas lain,
maka Allah pasti ada dan bereksistensi.
[ Maka Allah yang ada dalam ide Descartes sempurna
sudah, bahwa Dia ada dan dapat diandalkan dalam
relasi dengan
entitas lainnya itu.
Imanuel Kant (1724-1804)
Immanuel
Kant dengan kata-kata "Langit berbintang di atasku dan hukum moral di
batinku"
Ajaran Kant tentang Allah
ditemui dalam hukum moralnya melalui beberapa tahap:
1. Allah adalah suara hati,
2. Allah adalah tujuan
moralitas,
3. Allah adalah pribadi yang
menjamin bahwa orang yang bertindak baik demi kewajiban moral akan mengalami
kebahagiaan sempurna. Menurut Kant ada tiga jalan untuk membuktikan adanya Allah
di luar spekulasi belaka,
dan hal ini dimungkinkan:
·
dimulai dari menganalisa pengalaman
kemudian menemui kualitas dari sense dunia kita, lalu meningkat menjadi
bukum kausalitas mencapai penyebab di luar dunia.
·
berdasar hal pertama, kita masih pada
tataran pengalaman yang tidak bisa
dijelaskan.
·
di luar konsep-konsep itu, manusia
memiliki a priori dalam rasionya, dan itu menjadi penyebab yang memang ada.
Lalu dari usaha dari pengalaman
dianalisa dengan a priori (pemikiran awal sebelum membutktikan sesuatu) dalam
otak kita, kita membagi tiga bentuk definisi atas pengalaman;
Psikologi-
teologi,
kosmologi dan
ontologi.
Dari hal yang dialami (empiris) menuju
transendensi; bahwa manusia
hanya akan ber
spekulasi saja. Kritik Kant terhadap
Thomas Aquinas juga mengenai hal-hal spekulatif, padahal Allah nyata adanya. Di
sini Kant kemudian mengakui bahwa Allah sebagai pemberi
a priori dan pengalaman itu sendiri
tidak terdapat dalam baik pengalaman maupun a priori, namun melampaui hal itu.
Maka Kant sangat terkenal dengan kata-katanya '"
Langit ber
bintang di atasku
dan hukum
moral di
dalam
batinku"
.Di
sinilah iman diperlukan, sebab Allah pada kenyataannya tidak bisa dibuktikan
hanya dengan pengalaman inderawi semata. Allah melampaui hal-hal rasio
murni.
Hegel (1770-1831)
Hegel juga disebut
filsuf idealisme Jerman.
Ajaran yang terkenal dari Hegel adalah dialektika, di mana ada dua hal berbeda
(bahkan kontras) yang bertemu dan membentuk hal baru. Pertama-tama Hegel
membedakan antara rasio murni (dalam Kant) sebagai kesadaran manusia, namun ada
yang lebih dari itu yaitu
intelek. Intelek itu
senantiasa mengerjakan kinerja rasio dan intelektualitas sehingga dialektika
terus terjadi. Roh Absolut yang adalah intelek itu bekerja dan menyatakan
dirinya dalam proses sejarah manusia.
Pekerjaan Roh itu dapat mencapai tujuannya
dalam alam semesta ketika terjadi dialektika antara subjek dan objgel
berpendapat Allah di dalam agama Kristen juga bekerja seperti peristiwa
reformasi
yang sebenarnya merupakan peristiwa pemulih atau pengembali keadaan manusia
menjadi baik kembali. Dari peristiwa-peristiwa itu maka Allah menurut Hegel
dapat diartikan dalam tiga tahap: 1. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah
adalah proses perjalanan Roh (Allah) yang menemukan dirinya sendiri 2. Melalui
manusia dengan kesadarannya, Roh itu menemukan dirinya (peristiwa revolusi oleh
Napoleon misalny) 3. Sehingga terjadi keselarasan arah gerak manusia dan arah
gerak Roh dalam
emansipasi dan
kebebasan
manusia, untuk itu Roh akan memakai nama "Akal budi". Namun Allah
yang dinyatakan Hegel sebenarnya terikat pada manusia yang berproses dalam
sejarah.
Schleiermacher (1768-1834)
Schleiermacher adalah penganut
Kant, namun baginya
Allah lebih baik tidak ditelusuri dengan
metafisika
belaka, namun perlu dihayati kehadirannya, yaitu dengan
kontemplasi.
[1]
Baginya, Allah yang tidak bisa ditangkap
inderawi tidak bisa
juga dilacak dengan
rasio
murni. Istilah yang dipakai oleh Schleiermacher untuk Allah adalah "Sang
Universum". Jika Kant mengenal Allah sebagai pemberi
hukum moral yang melampaui
rasionya, Schleiermacher menganggap
Allah yang dimaksud Kant tidak memadai dalam kehidupan manusia,
sebab Allah hanya pemberi
ganjaran kepada orang yang baik dan
penghukum orang yang kurang baik.
Sebab Allah, bagi Schleiermacher
tidak mungkin memberi hukuman kekal kepada manusia lantaran ia tidak sempurna,
hal ini dikarenakan bahwa manusia diciptakan Allah bukan agar ia sempurna,
melainkan agar ia berikhtiar mencapai kesempurnaan itu.
Scleiermacher mendekati Allah
bukan dari teori spekulatif, bukan dengan pendekatan
moral-praktis,
melainkan pendekatan
intuitif-batin, dalam
bahasanya melalui
kontemplasi
dan perasaan. "Di sinilah agama merenungkan Sang Universum, di dalam
caranya mengekspresikan diri dan tindakannya, agama ingin mendegarkan bisikan
suara Sang Universum itu dengan khidmat.
Dalam kepasifan anak-anak, agama
ingin ditangkap dan dipenuhi oleh daya pengaruhnya" Agama adalah Sang
Universum sendiri. Sang
Universum ditangkap dari
alam dunia yang ma
manifestasikannya. Namun alam
dunia bukanlah Sang Universum yang berdiri sendiri, namun tetap
memanifestasikan alam. Pembedaan ini melaui dua tahap; 1. Alam adalah
wahyu Allah, dan
ditangkap oleh sanubari manusia, 2. wahyu yang lebih tinggi dan lebih baik
adalah manusia yang menurut Schleiermacher tidak terbagi-bagi dan tidak
terbatas, namun bereksistensi. Dalam aktivitas umat manusia itulah Allah
menyatakan diri, alam diresapi oleh Yang Ilahi. Namun
manusia bukanlah
Allah sendiri. Maka tugas agama adalah mencari menemukan Allah yang ada di luar
dirinya. Agama harus tinggal dengan pengalaman-pengalaman langsung untuk
mencari Allah dan mencari keterhubungannya secara menyeluruh, bukan
berfilosofi.
Alfred North Whitehead (1861-1947)
Alfred North Whitehead
dijuluki sebagai
bapak filsafat maupun teologi proses. Pemikirannya
tergolong abstrak karena pengaruh bidang yang digelutinya, matematika dan
pengetahuan empirisme mengenai alam yang didapatkannya dari fisika terapan. Dalam
bukunya tentang Bagaimana Agama Terjadi (1926) dia menyatakan;
“
|
"Dogma-dogma
agama adalah upaya untuk memformulasikan secara presis kebenaran-kebenaran
yang tersibak di dalam pengalaman religius umat manusia. Dengan cara yang
sama dogma-dogma fisika
(teori-teori,
hukum,
dan postulat) merupakan upaya untuk memformulasikan secara presis
kebenaran-kebenaran yang tersingkap di dalam pencerapan inderawi
umat manusia. [1]
|
”
|
Filsafat prosesnya memakai dua
pendekatan;
1. Prinsip proses
2. Prinsip kreatifitas.
Dari prinsip ini maka proses
dibedakan dalam dua:
1. Prinsip bagi proses yang
bersifat
mikrokopis (konkresi) adalah asas yang
memungkinkan lahirnya wujud aktual baru dari aktual-aktual lama yang sudah
penuh.
2. Prinsip bagi proses yang
bersifat
makrokopis (objektifikasi) yang memungkinkan
sesuatu yang sudah penuh be
rubah dan menjadi datum
lagi.
Prinsip kreatifitas itu
disimpulkan secara logis berdasarkan analisisnya atas satua aktual sebagai
wujud
ciptaannya.
·
Allah dalam Filsafat proses Whitehead
Proses kreatifitas dan pembaruan
dari satuan aktual-aktual terus terjadi, salah satu partisipannya adalah Allah,
namun Dia yang paling menonjol karena dia adalah yang awali dan yang akhiri.
1. Yang
awali : Allah
memiliki dua peran sekaligus yaitu sebagai dasar awali yangyk adanya tatanan
dalam seluruh jagat raya dan sebagai dasar munculnya kebaruan dalam perwujudan
suatu peristiwa aktual.
2. Yang
akhiri: Allah sebagai
penyerta yang tanggap dan menyelamatkan.
Jadi Tuhan (Allah) bagi
Whitehead memiliki
3 peran yang disebut di atas, dengan begitu
dia bisa mengendalikan setiap perubahan yang terjadi atas aktual-aktual lain
dan mengakhirinya dengan baik.
Deisme
Deisme
dianalogikan seperti Tukang Jam, yang menciptakan jam secara teratur dan
membiarkannya berjalan sendiri.
Deisme adalah pandangan
khas tentang Allah di masa
Pencerahan, berasal dari
deus yang artinya Allah.
Namun pandangan ini berbeda dengan teisme, sebab Allah dipercaya hanya pada
waktu penciptaan, selanjutnya tidak berhubungan dengan dunia lagi karena dunia
yang sudah teratur dari semula. Allah dianalogikan seperti pencipta arloji yang
bisa berjalan sangat teratur tanpa campur tangan penciptanya. Jadi
Deisme hanya
percaya Tuhan pertama kali, setelah itu dianggap tidak ada. Paham ini dianggap
sebagai benih dari munculnya pandangan
ateisme yang
secara terbuka menyangkal adanya Tuhan. Pandangan yang muncul pada abad 18 di
Perancis.
Agnostisisme
Agnostisisme adalah paham
manusia yang tidak mau tahu atau tidak tahu tentang adanya Tuhan. Namun hal ini
lebih disebabkan karena kebuntuan pemikiran untuk mendefinisikan Tuhan. Bagi
para filsuf ini, Tuhan di berada di luar Jangkauan pemikiran manusia.
Ateisme
Scientisme merupakan bagian dari Ateisme
Scientisme, sesuai dengan dogma
rasionalis, memandang inteligensi manusia sebgai ukuran seluruh
inteligibilitas, scientisme membatasi
rasionalisme
sendiri dalam batas-batas pengetahuan saja, sehingga
roh manusia sendiri
direduksi sampai dimensi ilmiah saja. Segala sesuatu dipandang sebagai obyek
yang dapat diukur, bahkan subyek pada akhirnya nanti dibendakan juga. Maka pada
akhirnya scientisme menolak metafisika, sehingga apa yang dipikirkan secara
metafisik dibendakan begitu saja, dan ini adalah bentuk ateisme. Problem lebih
lanjut adalah scientisme melawan pemikiran agama dan iman. Hal ini terjadi pada
masa
Galilei
yang mengemukakan tentang bumi yang diistilahkan
geo-sentris.
Hal lain yang kemudian muncul
juga pada
Charles Darwin dengan teori
evolusi yang
menyangkal kisah penciptaan manusia dalam
naskah Alkitab.
Ludwig Feuerbach
Ateisme menurut
Feuerbach (1804-1872) adalah memandang Tuhan dalam
agama hanya sebagai
proyeksi dari
kehendak manusia saja. Dia menolak
pandangan Hegel yang menyatakan Tuhan mengungkapkan diri dalam kesadaran
manusia. Baginya, yang nyata bukan lah Tuhan, yang nyata adalah manusia. Tuhan
hanyalah proyeksi manusia yang mendamba sifat-sifat yang tidak dapat
dicapainya.
Kehendak manusia untuk berkuasa,
serba tahu, ada di mana-mana, dan tidak terikat waktu itu kemudian
dilemparkannya pada "hal lain" yang adalah Tuhan.
Sebab kepastian yang nyata
adalah yang dapat di tangkap inderawi, yaitu realitas manusia. Pandangan
seperti ini nanti akan masuk dalam filsafat meterialisme. Kebaikan pandangan Feuerbach
ini adalah menyatakan hakekat manusia untuk kreatif, berbelas kasih, baik,
saling menyelamatkan dsb. Aneh bila manusia menyembah Tuhan yang adalah dirinya
sendiri, maka manusia seharusnya menarik agama ke dalam dirinya sendiri supaya
ia menjadi kuat, baik, adil dana maha tahu.
Karl Marx
Menurut Karl Marx, agama adalah
candu masyarakat,
karena agama, masyarakat menjadi tidak maju dan bersikap
rasional.
Agama yang dimaksud Marx adalah agama
Kristen Ateisme
yang diajarkan Marx adalah ateisme modern.Agama yang mengajarkan Tuhan yang
serba bisa hanya menipu dan menyesatkan masyarakat. Marx mengkritik Feuerbach
yang hanya menyatakan bahwa Tuhan adalah khayalan, namun tidak mencari
sebabnya. Bagi Marx sebab yang diberikan adalah manusia lari kepada Tuhan
karena penindasan yang mereka terima dari masyarakat kelas yang dikritiknya.
Menurutnya agama hanya menjadi
penghalang manusia untuk menyangkal dan memperbaiki hidupnya yang sedang
ditindas, seandainya Tuhan dan agama tidak ada, maka manusia bisa hidup bebas
dan bermartabat. Di sinilah Tuhan sekiranya dicoret karena tidak diperlukan.
Manusia seharusnya menolak
kapitalisme yang sedang menindas mereka.
Sigmund Freud
Filsafat Ketuhanan dalam
pandangan
Sigmund Freud dengan terori psikoanalisnya dimulai
denan pertanyaan, "Apakah kepercayaan akan Allah dapat dipertanggungjawabkan?"
Hal ini berawal dari analisanya tentang perkembangan manusia yang mempercayai
agama yang terkadang tidak mencari kebenaran-kebenaran di dalamnya. Manusia
yang hanya menerima begitu saja agama-agama yang diajarkan kepadanya. Ide Allah
hanyalah ilusi, namun begitu dibutuhkan manusia seperti seorang manusia yang
membutuhkan seorang bapak yang melindunginya.
Namun Freud mengajukan
pertanyaan selanjutnya,"Apakah agama benar-benar baik bagi manusia?" Jawabannya adalah ambigu. Yang
ditekankan olehnya adalah seharusnya manusia bertanya akan imannya sehingga dia
tidak terjebak dalam bentuk-bentuk infantil dan neurotis. Pendk kata, Freud
tidak memperdebatkan realitas Allah, namun lebih mengupas ilusi palsu kesadaran
manusia. Karena bertanya, maka sesungguhnya penjelasan yang dikemukakan agama
tidaklah memadai, Allah tidak bisa dijelaskan dalam intelektual, sehingga perlu
ditolak juga. Terlebih lagi jika dicari manfaatnya, agama hanya sebagai
penghambat perkembangan pribadi, maka harus pula ditolak.
Friedrich Nietzsche (1844-1899)
Friedrich Nietzsche sangat terkenal dengan
Sabda
Zarathustra (1883) bahwa "Tuhan telah mati". Inilah awal mula
penolakannya terhadap Tuhan. Penolakannya terhadap Tuhan sebenarnya berasal
dari kebenciannya melihat orang Kristen yang tidak menunjukkan kekristenan yang
seharusnya menampilkan
kasih. Kebenaran bagi dia sangat subyektif, dipikirkan manusia
yang sangat super ke
kuasaannya terhadap dirinya sendiri.
Subyektivitas itu juga dalam
hal kebenaran agama, apa yang disebut baik bisa saja sebenarnya sangat buruk,
apa yang disebut buruk bisa saja sebenarnya sangat baik.
Agama
Kristen dianggap oleh Nietzsche sebagai bentuk Platonisme baru yang memisahkan
antara dunia, kosmologi, materi dan apa yang dapat ditangkap oleh pancaindera.
Dari sini keburukan Kristen kata Nietzsche dipandang meremehkan hal-hal
duniawi, tampak seperti gnosis yang meremehkan hidup (tubuh, dunia, hawa nafsu)
sehingga merupakan hasrat akan kehampaan, kehendak akan dekadensi, sebagai
penyakit, kelesuah dan kepayahan hidup. Hal ini ditujukan kepada agama
[Kristen]] yang memiliki label baik, sebenarnya sangatlah buruk, yaitu dengan
ajaran-ajarannya yang sebenarnya membelenggu manusia untuk berkembang. Bagi
dia, manusia adalah ukuran segala sesuatu, bukan Tuhan yang disebut agama
Kristen. Manusialah tuhan atas ciptaan ini dan yang mampu mengerjakan apa yang
diinginkannya.
Maka penolakan akan Tuhan adalah
hal yang paling baik, sebab manusia menjadi tidak bergantung pada Allah
(Kristen) yang hanya membelenggu manusia itu, katanya.
J. Paul Sartre (1905-1980)
Tuhan di mata Sartre kecil
adalah sosok penghukum yang mengawasinya di manapun dia berada, oleh karenanya
dia tidak suka kehadiran Tuhan. Tuhan juga tidak hadir ketika dia ingin
menemuinya. Oleh karena itu Sartre sudah menolak Tuhan yang tidak nyata
semenjak umur 12 tahun.
[
Sartre yang tadi dididik secara Katolik
berpindah kepada kesusastraan, yang disebut sebagai agama baru baginya. Namun secara
sistematis, dan khas
eksistesialis, penolakan atas Tuhan ini dilakukannya
karena pemisahan radikal dalam tulisannya
Ada dan Ketiadaan terjemahan
dari
Being and Nothingness.
[10]
Baginya, di dunia ini tidak ada grand design yang mutlak, manusialah yang bisa
mengatur dirinya sendiri dengan eksistensinya. Eksistensi manusia mendahului
esensinya; manusia ada dan kemudian menentukan "siapa dirinya". Dia
menyangkal Descartes tentang
Aku berpikir, maka aku ada, yang benar
adalah
Aku ada lalu aku berpikir. Dari sinilah dia meneruskannya dalam
teori eksistensial fenomenologisnya, bahwa segala sesuatu harus dipisahkan
dalam dua bagian;
etre en soi / ada dalam dirinya sendiri atau
etre-pour
soi / ada untuk dirinya sendiri.
Segala sesuatu yang ada dalam
dirinya sendiri berarti tidak pasif, tidak
aktif, tidak afirmatif juga tidak
negatif, ada begitu saja, tanpa fundamen, tanpa dapat dirutunkan dari sesuatu
lain, tidak berkembang. Sedangkan
ada untuk dirinya sendiri adalah
sebuah kesadaran], dan ini khas manusia. Dari pemisahan inilah, dia melabel
Tuhan orang Kristen yang tidak berubah itu masuk dalam golongan
ada dalam
dirinya sendiri, maka dari itu dia tidak lebih besar dari manusia yang
memiliki kesadaran untuk memilih esensinya sendiri. Di sinilah penyangkalan
Tuhan itu terjadi, dia tidak mengakui Tuhan lebih tinggi dari manusia, maka
Tuhan tidak diperlukan lagi. Karena Tuhan tidak lagi ada, maka manusia menjadi
bebas dan
bisa menentukan kondisi
bangsanya.
BAB 3
Kesimpulan
Filsafat ketuhanan mengajarkan manusia mengenal tuhan
melalui akal pikiran semata-mata yanag kemudian kebenarannya didapati sesuai
dengan wahyu (kitab suci).
Dengan
kata lain, bahwa baik agama mauapun filsafat ketuhanan sama- sama bertolak dari
pangkalan pelajaran ketuhanan, tetapi jalan yang ditempuh berbeda.
Masing-masing
menempuh cara dan jalannya sendiri, namun keduanya akan bertemu kembali di
tempat yang dituju dengan kesimpulan yang sama: Tuhan Ada dan Maha Esa.
Resume
Penutup
Demikian
makalah tentang Filsafat Ketuhanan yang telah kami susun, puji syukur kembali
kami ucapkan kepada Allah Swt.
Semoga seluruh pembahasan dan materi
yang kami cakup dalam makalah ini bermanfaat untuk pembaca maupun kita semua
sebagai mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis.