Senin, 15 Oktober 2012

Perkemahan Wirakarya Nasional Seulawah Scout Camp



Tema : ORGANISASI BAGIKU


Mimpi dalam naungan Pramuka

            Surat pemberitahuan telah kubaca , tertera dalam surat itu kegiatan Perkemahan Wirakarya Nasional Seulawah Scout Camp. Hatiku seakan kaku dalam angan dan harapan tuk ikuti perkemahan tersebut. Namun  lagi-lagi rasa pesimis itu ada, aku takut bersaing dengan yang lain,aku takut tidak lulus seleksi dan aku takut tidak bisa menjadi yang terbaik untuk rekan dan sekolahku.
            Ku buka berulang ulang surat pemberitahuan tersebut, seolah mimpi jika aku bisa berangkat mengikuti kegiatan di sebrang pulau Jawa itu, namun untuk mewujudkan mimipiku aku akan berusaha semaksimal mungkin mewujudkan arti sebuah angan yang tidak hanya harapan belaka. Setelah ku meminta izin ke orang tua ku, ternyata mereka bangga kudan sangat senang dengan apa yang aku minta, namun ternyata dibalik rasa bangga mereka, tak ada izin untukku berangkat ke Aceh nan jauh disana. Kurasakan kebahagiaan itu hanya bangga atas keinginan dan niat bukan untuk perwujudan. Namun ku tak pantang menyerah dan aku akan lakukan sesuatu  hal yang dapat membuat mereka yakin akan permintaanku bukanlah harapan kosong semata.
            Aku memang belum dapat izin, namun aku yakin aku bisa kesana dengan usaha ku. 1 minggu berlalu aku mengumpulkan seluruh impian dan anganku jikalau aku dapat berangkat ke Aceh. Suatu hari H-2 ku telfon ayah dan Ibu, aku meluapkan semua keinginan dan harapanku pada sebuah kata yaitu ‘Pramuka’. Sejak kecil ayah selalu mengajarkan arti kebersamaan,arti pengertian dan arti2 penuh makna lainnya. Kudapatkan semua itu 70% dari kegiatan-kegiatan ku selama di Pramuka. Aku berkemah,berlomba,perjalanan siang maupun malam dengan berbagai masalah di setiap rute nya. Namun disetiap masalah pasti ada solusi. Dan aku yakin disetiap harapan pula ada perwujudannya.
            Keberuntungn seakan tengah memihak padaku, H-1 ayah menguruskan seluruh administrasi pemberangkatan ku ke Aceh. Dengan penuh syukur kepada Allah aku berangkat disertai rasa bangga dan rasa semangat terlambangkan di raansel merah ku yang seakan menjadi bagian petualangan baruku ke negri Serambi Mekah itu. Aku tercengang memandangi seluruh pemandangan baru yang terhampar luas ditanah perkemahan, terpampang tulisan yang sungguh tak bisa ku lupakan “Seulawah Scout Camp” membanggakan hati dan kembali kubersyukur atas nikmat Mu ya Allah.
            Kulewati petualangan baruku bersama kawan diseluruh penjuru nusantara, aku bersahabat dengan kawan dari Bangka Belitung dengan awal pertanyaan ku tempat shooting Laskar Pelangi . kami semua berkumpul dalam lahan perkemahan luas yang sama dengan sebuah desa, mengadakan penyuluhan ke berbagi daerah,survey lokasi Tsunami,berkunjung ke Masjid Agung Baiturrahman,
hingga pengalaman mengungsi karena kebanjiran di tenda pun kualami selama 10 hari di Negeri Serambi Mekah itu. Aku berkawan dengan Alda dari Bengkulu,Syahfachri dari Riau,Yeta dari Papua dan Ina dari Bengkulu. Kita berbagi cerita berbagi pengalaman maupun ilmu, saling merangkul satu sama lain dalam perbedaan.
            Disana kutemukan makna akbar dari menyayangi organisasi. Pramuka, begitu beruntung ku mengenal dan menyelami ilmunya. Sampai saat ini pun ku dapat bernaung dalam pelajaran kepemimpinan dengan tak hanya bidang kepramukaan. Bagiku  saat ini organisasi adalah bagian dari tuntunan diri.




STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS


STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

1.      PENDEKATAN EDUKATIF DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT         
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang mereka miliki.
Definisi dari penedekatan edukatif dalam peran serta masyarakat yaitu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat.
Pada saat petugas kesehatan melaksanakan pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat pastilah mempunyai tujuan. Tujuan  pendekatan edukatif antara lain :
a.       Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah kebidanan komunitas.
b.      Mengembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.
Pendekatan edukatif mempunyai strategi dasar yang dipakai dalam mememnuhi pelayanan kebidanan komunitas, yaitu :
a.      Mengembangkan provider.
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan.
Langkah-langkah pengembangan provider :
1)      Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat.
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
2)      Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
3)      Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa. Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan meliputi data umum , data khusus dan data perilaku.

b.      Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merencanakan alternatif, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah– langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survei mawas diri, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan.



2.      PELAYANAN YANG BERORIENTASI PADA KEBUTUHAN MASYARAKAT.

            Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber – sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong.
            Agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bidan harus dapat melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat. Komunikasi tersebut melibatkan lebih banyak proses mendengarkan dan pada proses berbicara, merupakan suatu proses interaksi yang tetap yang ditujukan untuk suatu kesepakatan. Komunikasi yang baik akan membentuk pengetahuan dan tanggung jawab orang-orang yang terlibat didalamnya
            Komunikasi yang baik dapat menunjukkan rasa hormat kepada orang lain dan memperlihatkan pandangan dan opini mereka dihargai. Selanjutnya hal ini dapat membuat masyarakat mau mengambil keputusan sendiri dan mengusulkan ide-idenya. Bebrapa hal yang perlu diperhatikan seorang bidan dalam berkomunikasi kepada masyarakat adalah sebagai berikut :
1.      Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak menyela
2.      Jangan meneruskan kaliamt mereka/mengantisipasi apa yang sedang mereka ucapkan
3.      Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas
4.      Lebih baik membicarakan sesuatu dengna cara tatp muka, daripada berkomunikasi secara tertulis.
      Ada 3 jenis pendekatan :
1.      Specifict Content Approach
yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah, melalui proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh : pengasapan pada kasus DBD
2.      General Content objective
yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam wadah tertentu. Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
3.      Proses Objective approach
masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan. Contoh : kader


3.      MENGGUNAKAN ATAU MEMANFAATKAN FASILITAS DAN POTENSI YANG ADA DI MASYARAKAT.
           
            Masalah kesehatan pada umumnya disebabkan rendahnya status sosial – ekonomi yang akibatkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan memelihara diri sendiri (self care) sehingga apabila berlangsung terus akan berdampak pada status kesehatan keluarga dan masyarakat juga produktivitasnya.
            Definisi dari program ini yaitu :
a.      Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan orang, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya.
b.      Pengembangan manusia yang tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia mengontrol lingkungannya.


     Langkah – langkah dari program ini antara lain.
1.    Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
2.    Tingkatkan mutu potensi yang ada
3.    Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
4.    Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Prinsip - prinsip dalam mengembangkan masyarakat :
a.      Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat.
b.      Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.
c.       Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.
d.      Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses.
Bentuk - bentuk program masyarakat :
a.      Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi dengan dinas terkait/kerjasama lintas sektoral.
b.      Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada salah satu instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas program
c.       Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha – usaha terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan kebutuhan wilayah tersebut.



BAB 1
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA
FILSAFAT KETUHANAN

Kelompok 1
LutfI Handayani
Devi Sri Rahayu
Dea Adinda Putri
Karwi
Sri Mulyania

STIKes Muhammadiyah Ciamis
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.20 Tlp./ Fax. (0265)773052 Ciamis 46216
Kata Pengantar


            Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas nikmat sehat beserta kesempatan dalam membagi waktu, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Agama islam mengenai “Filsafat Tuhan” dengan lancar dan terkoordinir demi pencapaian nilai sesuai tugas yang telah diberikan kepada kami.
            Melalui makalah ini kami akan membahas sebuah materi yang merupakan poin dari silabus pembelajaran Pendidikan Agama Islam di STIKes Muhammadiyah Ciamis  dengan judul “Filsafat Ketuhanan”.
            Tentunya pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesulitan-kesulitan atau pun permasalahan yang harus diselesaikan. Namun dengan kebersamaan dan mengerahkan kemampuan, kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Agama kelompok kami.
            Semoga Bapak dapat menerima tugas kami dengan nilai yang sesuai atas usaha dari kelompok kami.



Daftar Isi
Kata Pengantar

BAB I
Pendahuluan
Tujuan
                                                                                                                                                                         
                                                                       1
                                                                       1
BAB II
Pembahasan Materi

Pengertian Filsafat Ketuhanan
                                                                     2                                                           
Pemikir yang mempercayai adanya Allah
                                                                     4                                                                              
BAB III
Kesimpulan

                                                                        16                                                                                                                                                                                                                                      
Resume
                                                                        17                                         
Penutup
                                                                        18




Pendahuluan

A.                 Latar Belakang
Diihat dari segi bahasa, maka “filsafat” berasal dari kata Arab yang berasal dari bhahasa yunani kuno “philosophia” yang merupakan kata majemuk. Philo berarti suka atau cinta, dan Sophia berarti kebijaksanaan. Jadi arti menurit namanya saja: cinta kepada.kebijaksanaan.

Menurut sejarah filsafat, istlah “philosophi”  pertama sekali dipergunakan  sekolah Socrates, kemudian platomenamakan suatu ilmu pengetahuantentang kegiatan jiwa manusia.
Guna memahami maksud dan tujuan serta lingkaran pembahasan filsafat, maka tidak hanya diperlukan makna filsafat menurut bahasa(logat), melainkan lebih dari pada itu diperlukan pengertian menurut istilah yang diberikan oleh para ahli yang terkandung  jauh lebih luas dibandingkan dengan arti menurut arti bahasa.
Percakapan antara Herodates dan Thucydides (yunani) membayangkan makna filsafat menurut alam pikiran yunani yakni sebagai berikut: “perasaan cinta kepada ilmu kebijjaksanaan dengan keinginan untuk memperoleh kepandaian atau ilmu kebijaksanaan itu”

B.                 Tujuan
Ø  Memahami arti Ketuhanan
Ø  Mengetahui sifat-sifat Ketuhanan
Ø  Menelaah Penciptaan Tuhan
Ø  Memberikan keyakinan maupun keimanan tentang Tuhan


BAB II
Pembahasan Materi
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
            Penelitian tentang Allah dalam Ilmu Filsafat
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi. Hal ini bukan menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula pada teodise. Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan, sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah cara ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan dengan filsafat lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll). Maka para filsuf mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan secara refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran Allah melalui sekitar diri kita.

Studi tentang tabiat Allah dan kepercayaan

Ide tentang Allah pada orang beragama secara umum biasanya dijelaskan dalam tabiat Allah; "Yang Maha Tinggi" (Anselmus mengatakan: "Allah adalah sesuatu yang lebih besar dari padanya tidak dapat dipikirkan manusia)Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Baik dan sebagainya.
Menurut Anselmus, ajaran-ajaran kristiani bisa dikembangkan dengan rasional, jadi tanpa bantuan otoritas lain (Kitab Suci, wahyu, ajaran Bapa Gereja). Bahkan ia bisa menjelaskan eksistensi Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga oleh mereka yang tidak beriman. Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang menerima begitu saja ajaran agama, namun juga menanyakannya dari siapa dan mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.
Beberapa sikap orang beriman dalam mencari pencerahan akan adanya Allah:
·                     Manusia yang menerima begitu saja dikarenakan ajaran turun-temurun dari  para pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan tanpa bertanya.
·                     Manusia mulai bertanya mengapa dirinya ada?[  Mengapa alam ada?
·                     Kemudian menanyakan Allah terkait; siapa, isinya, dan mengapa Dia ada?
Semua jawaban itu akan dijawab oleh para ahli dalam bidang yang disebut teologi; theos dan logos, ilmu tentang hubungan manusia dan ciptaan dengan ALlah. Jawaban-jawabannya bisa sangat beragam, tergantung agama dan kepercayaan yang mana yang memberikan jawaban. Namun setidaknya ada beberapa kesimpulan yang mereka berikan sebagai jawaban:
- Allah ada, dan adanya Allah itu dapat dibuktikan secara rasional juga; - Allah ada, tetapi tidak dapat dibuktikan adanya; - tidak dapat diketahui apakah Allah benar-benar ada; - Allah tidak ada, dan ketentuan ini dapat dibuktikan juga.
Oleh karena itu filsafat berusaha membuktikan keyakinan-keyakinan manusia itu melalui berbagai jalan; metafisika, empirisme, rasionalisme, positivisme, spiritualisme dll.
Teisme adalah faham yang mempercayai adanya Tuhan. Berasal dari bahasa Yunani Θεός=Teos dan νόμος=hukum=aturan=paham, jadi sebuah aturan atau paham tentang Tuhan atau pengakuan adanya Tuhan.

Pemikir yang mempercayai adanya Allah

Santo Agustinus(354-430)

Santo Agustinus percaya bahwa Allah ada dengan melihat sejarah dari drama penciptaan, yang melibatkan Allah dan manusia. Allah menciptakan daratan untuk manusia, menciptakan manusia (Adam) yang berdosa melawan Allah. Lalu Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Kemudian setelah manusia berkembang, mereka berdosa lebih lagi dan dihukum dengan air bah dalam sejarah Nuh. Orang-orang Yahudi yang diberikan perjanjian Allah ternyata tidak dapat memeliharanya sehingga dihukum melalui bangsa-bangsa lain. Lalu Allah yang maha kasih menebus manusia melalui Yesus Kristus. Dari sejarah ini Allah dapat selalu ada di tengah-tengah manusia. Memang Agustinus adalah Bapa gereja, Uskup dari Hippo yang membela eksistensi Allah dari pandangan-pandangan lain yang ingin meruntuhkan paham teisme. Tuhan didefinisikan dari sifat-sifatnya; maha tahu, maha hadir, kekal, pencipta segala sesuatu. Namun lebih lagi, Tuhan bukan ada begitu saja, namun selalu terhubung dalam peristiwa-peristiwa besar manusia.

Thomas Aquinas (1225-1274)

Santo Thomas Aquinas
Thomas Aquinas menggabungkan pemikiran Aristoteles dengan Wahyu Kristen. Kebenaran iman dan rasa pengalaman bukan hanya cocok, namun juga saling melengkapi; beberapa kebenaran, seperti misteri dan inkarnasi dapat diketahui melalui wahyu, sebagaimana pengetahuan dari susunan benda-benda di dunia, dapan diketahui melalui rasa pengalaman; seperti kesadaran manusia akan eksistensi Allah, baik wahyu maupun rasa pengalaman dipakai untuk membentuk persepsi tentang adanya Allah.
Thomas Aquinas terkenal dengan lima jalan (dalam Bahasa Latin; quinque viae ad deum) untuk mengetahui bahwa Allah benar-benar ada.
·                     Jalan 1 adalah gerak, bahwa segala sesuatu bergerak, setiap gerakan pasti ada yang menggerakkan, namun pasti ada sesuatu yang menggerakkan sesuatu yang lain, namun tidak digerakkan oleh sesuatu yang lain, Dialah Allah.
·                     Jalan 2 adalah sebab akibat, bahwa setiap akibat mempunyai sebabnya, namun ada penyebab yang tidak diakibatkan, Dialah sebab pertaman, Allah.
·                     Jalan 3 adalah keniscayaan, bahwa di dunia ini ada hal-hal yang bisa ada dan ada yang bisa tidak ada (contohnya adalah benda-benda yang dahulu ada ternyata ada yang musnah, namun ada juga yang dulu tidak ada ternyata sekarang ada), namun ada yang selalu ada (niscaya) Dialah Allah.
·                     Jalan 4 adalah pembuktian berdasarkan derajat atau gradus melalui perbandingan, bahwa dari sifat-sifat yang ada di dunia ( yang baik-baik) ternyata ada yang paling baik yang tidak ada tandingannya (sifat Allah yang serba maha) Dialah Allah.
Jalan 5 adalah penyelenggaraan, bahwa segala ciptaan berakal budi mempunyai tujuan yang terarah menuju yang terbaik, semua itu pastilah ada yang mengaturnya, Dialah Allah.

Descartes (1596-1650)

Rene Descartes memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang merupakan “gabungan antara pietisme Katolik dan sains. Descartes adalah seorang filsuf rasionalis yang terkenal dengan pemikiran ide Allah. Tantangan yang mendorong Descartes adalah keragu-raguan radikalnya, The Methode of Doubt , bahkan menurutnya,"indera bisa saja menipu, Yang Maha Kuasa dalam bayangan kita juga bisa saja menipu, sebab kita yang membayangkan".  Dalam menjawab skeptisisme orang-orang pada masanya, maka dalam tinggalnya di Neubau, dekat kota Ulm - Jerman, disebut sebagai “perjalanan menara”, kata lain dari meditasi yang dilakukan, dia menemukan Cogito, ergo sum tahun 1618. Karena orang pada zamannya meragukan apa yang mereka lihat, maka hal ini dipatahkan oleh Descartes bahwa apa yang dipikirkan saja sebenarnya sudah ada, minimal di pikiran.
Orang bisa menyangkal segala sesuatu, namun ia tidak bisa menyangkal dirinya sendiri. Jadi Allah di sini juga demikian, Allah sudah ada dengan sendirinya, bahkan lebih jauh Descartes mencari bukti-bukti empiris yang dia warisi dari para pendahulunya.
Keterbukaan untuk mengemukakan ide dalam pikiran, maka segala sesuatu yang dapat dipikirkan pasti bisa ada. Alkitab salah satu bukti eksistensi Allah, kemudian juga relasi bahwa manusia, binatang, malaikat, dan obyek-obyek lain ada karena natural light yang adalah Allah sendiri.
Filsafat Ketuhanan menurut Descartes adalah berawal dari fungsi iman, yang pada akhirnya berguna untuk menemukan Allah. Tanpa iman manusia cenderung menolak Allah. Ada dua hal yang bisa ditempuh agar Aku sampai pada Allah, 1. sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia) pasti diakibatkan oleh penyebab pertama, yaitu Allah. Jalan yang kedua adalah secara ontologis, yang diwarisinya dari Anselmus. Allah yang ada itu tidak mungkin berdiri sendiri, tanpa ada kaitan dengan suatu entitas lain, maka Allah pasti ada dan bereksistensi.[  Maka Allah yang ada dalam ide Descartes sempurna sudah, bahwa Dia ada dan dapat diandalkan dalam relasi dengan entitas lainnya itu.

Imanuel Kant (1724-1804)

Immanuel Kant dengan kata-kata "Langit berbintang di atasku dan hukum moral di batinku"
Ajaran Kant tentang Allah ditemui dalam hukum moralnya melalui beberapa tahap:
1. Allah adalah suara hati,
2. Allah adalah tujuan moralitas,
3. Allah adalah pribadi yang menjamin bahwa orang yang bertindak baik demi kewajiban moral akan mengalami kebahagiaan sempurna. Menurut Kant ada tiga jalan untuk membuktikan adanya Allah di luar spekulasi belaka,

dan hal ini dimungkinkan:
·                     dimulai dari menganalisa pengalaman kemudian menemui kualitas dari sense dunia kita, lalu meningkat menjadi bukum kausalitas mencapai penyebab di luar dunia.
·                     berdasar hal pertama, kita masih pada tataran pengalaman yang tidak bisa dijelaskan.
·                     di luar konsep-konsep itu, manusia memiliki a priori dalam rasionya, dan itu menjadi penyebab yang memang ada.
Lalu dari usaha dari pengalaman dianalisa dengan a priori (pemikiran awal sebelum membutktikan sesuatu) dalam otak kita, kita membagi tiga bentuk definisi atas pengalaman; Psikologi-teologi, kosmologi dan ontologi. Dari hal yang dialami (empiris) menuju transendensi; bahwa manusia hanya akan berspekulasi saja. Kritik Kant terhadap Thomas Aquinas juga mengenai hal-hal spekulatif, padahal Allah nyata adanya. Di sini Kant kemudian mengakui bahwa Allah sebagai pemberi a priori dan pengalaman itu sendiri tidak terdapat dalam baik pengalaman maupun a priori, namun melampaui hal itu. Maka Kant sangat terkenal dengan kata-katanya '"Langit berbintang di atasku dan hukum moral di dalam batinku".Di sinilah iman diperlukan, sebab Allah pada kenyataannya tidak bisa dibuktikan hanya dengan pengalaman inderawi semata. Allah melampaui hal-hal rasio murni.

Hegel (1770-1831)

Hegel juga disebut filsuf idealisme Jerman. Ajaran yang terkenal dari Hegel adalah dialektika, di mana ada dua hal berbeda (bahkan kontras) yang bertemu dan membentuk hal baru. Pertama-tama Hegel membedakan antara rasio murni (dalam Kant) sebagai kesadaran manusia, namun ada yang lebih dari itu yaitu intelek. Intelek itu senantiasa mengerjakan kinerja rasio dan intelektualitas sehingga dialektika terus terjadi. Roh Absolut yang adalah intelek itu bekerja dan menyatakan dirinya dalam proses sejarah manusia.
 Pekerjaan Roh itu dapat mencapai tujuannya dalam alam semesta ketika terjadi dialektika antara subjek dan objgel berpendapat Allah di dalam agama Kristen juga bekerja seperti peristiwa reformasi yang sebenarnya merupakan peristiwa pemulih atau pengembali keadaan manusia menjadi baik kembali. Dari peristiwa-peristiwa itu maka Allah menurut Hegel dapat diartikan dalam tiga tahap: 1. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah adalah proses perjalanan Roh (Allah) yang menemukan dirinya sendiri 2. Melalui manusia dengan kesadarannya, Roh itu menemukan dirinya (peristiwa revolusi oleh Napoleon misalny) 3. Sehingga terjadi keselarasan arah gerak manusia dan arah gerak Roh dalam emansipasi dan kebebasan manusia, untuk itu Roh akan memakai nama "Akal budi". Namun Allah yang dinyatakan Hegel sebenarnya terikat pada manusia yang berproses dalam sejarah.

Schleiermacher (1768-1834)

Schleiermacher adalah penganut Kant, namun baginya Allah lebih baik tidak ditelusuri dengan metafisika belaka, namun perlu dihayati kehadirannya, yaitu dengan kontemplasi.[1] Baginya, Allah yang tidak bisa ditangkap inderawi tidak bisa juga dilacak dengan rasio murni. Istilah yang dipakai oleh Schleiermacher untuk Allah adalah "Sang Universum". Jika Kant mengenal Allah sebagai pemberi hukum moral yang melampaui rasionya, Schleiermacher menganggap Allah yang dimaksud Kant tidak memadai dalam kehidupan manusia, sebab Allah hanya pemberi ganjaran kepada orang yang baik dan penghukum orang yang kurang baik.
Sebab Allah, bagi Schleiermacher tidak mungkin memberi hukuman kekal kepada manusia lantaran ia tidak sempurna, hal ini dikarenakan bahwa manusia diciptakan Allah bukan agar ia sempurna, melainkan agar ia berikhtiar mencapai kesempurnaan itu.
Scleiermacher mendekati Allah bukan dari teori spekulatif, bukan dengan pendekatan moral-praktis, melainkan pendekatan intuitif-batin, dalam bahasanya melalui kontemplasi dan perasaan. "Di sinilah agama merenungkan Sang Universum, di dalam caranya mengekspresikan diri dan tindakannya, agama ingin mendegarkan bisikan suara Sang Universum itu dengan khidmat.
Dalam kepasifan anak-anak, agama ingin ditangkap dan dipenuhi oleh daya pengaruhnya" Agama adalah Sang Universum sendiri. Sang Universum ditangkap dari alam dunia yang mamanifestasikannya. Namun alam dunia bukanlah Sang Universum yang berdiri sendiri, namun tetap memanifestasikan alam. Pembedaan ini melaui dua tahap; 1. Alam adalah wahyu Allah, dan ditangkap oleh sanubari manusia, 2. wahyu yang lebih tinggi dan lebih baik adalah manusia yang menurut Schleiermacher tidak terbagi-bagi dan tidak terbatas, namun bereksistensi. Dalam aktivitas umat manusia itulah Allah menyatakan diri, alam diresapi oleh Yang Ilahi. Namun manusia bukanlah Allah sendiri. Maka tugas agama adalah mencari menemukan Allah yang ada di luar dirinya. Agama harus tinggal dengan pengalaman-pengalaman langsung untuk mencari Allah dan mencari keterhubungannya secara menyeluruh, bukan berfilosofi.

Alfred North Whitehead (1861-1947)

Alfred North Whitehead dijuluki sebagai bapak filsafat maupun teologi proses. Pemikirannya tergolong abstrak karena pengaruh bidang yang digelutinya, matematika dan pengetahuan empirisme mengenai alam yang didapatkannya dari fisika terapan. Dalam bukunya tentang Bagaimana Agama Terjadi (1926) dia menyatakan;

"Dogma-dogma agama adalah upaya untuk memformulasikan secara presis kebenaran-kebenaran yang tersibak di dalam pengalaman religius umat manusia. Dengan cara yang sama dogma-dogma fisika (teori-teori, hukum, dan postulat) merupakan upaya untuk memformulasikan secara presis kebenaran-kebenaran yang tersingkap di dalam pencerapan inderawi umat manusia. [1]
·                     Filsafat Proses Whitehead.
Filsafat prosesnya memakai dua pendekatan;
 1. Prinsip proses
2. Prinsip kreatifitas.
Dari prinsip ini maka proses dibedakan dalam dua:
1. Prinsip bagi proses yang bersifat mikrokopis (konkresi) adalah asas yang memungkinkan lahirnya wujud aktual baru dari aktual-aktual lama yang sudah penuh.
2. Prinsip bagi proses yang bersifat makrokopis (objektifikasi) yang memungkinkan sesuatu yang sudah penuh be
rubah dan menjadi datum lagi.
Prinsip kreatifitas itu disimpulkan secara logis berdasarkan analisisnya atas satua aktual sebagai wujud ciptaannya.
·                     Allah dalam Filsafat proses Whitehead
Proses kreatifitas dan pembaruan dari satuan aktual-aktual terus terjadi, salah satu partisipannya adalah Allah, namun Dia yang paling menonjol karena dia adalah yang awali dan yang akhiri.
1. Yang awali : Allah memiliki dua peran sekaligus yaitu sebagai dasar awali yangyk adanya tatanan dalam seluruh jagat raya dan sebagai dasar munculnya kebaruan dalam perwujudan suatu peristiwa aktual.
2. Yang akhiri: Allah sebagai penyerta yang tanggap dan menyelamatkan.
Jadi Tuhan (Allah) bagi Whitehead memiliki
 3 peran yang disebut di atas, dengan begitu dia bisa mengendalikan setiap perubahan yang terjadi atas aktual-aktual lain dan mengakhirinya dengan baik.

Deisme

Deisme dianalogikan seperti Tukang Jam, yang menciptakan jam secara teratur dan membiarkannya berjalan sendiri.
Deisme adalah pandangan khas tentang Allah di masa Pencerahan, berasal dari deus yang artinya Allah. Namun pandangan ini berbeda dengan teisme, sebab Allah dipercaya hanya pada waktu penciptaan, selanjutnya tidak berhubungan dengan dunia lagi karena dunia yang sudah teratur dari semula. Allah dianalogikan seperti pencipta arloji yang bisa berjalan sangat teratur tanpa campur tangan penciptanya. Jadi Deisme hanya percaya Tuhan pertama kali, setelah itu dianggap tidak ada. Paham ini dianggap sebagai benih dari munculnya pandangan ateisme yang secara terbuka menyangkal adanya Tuhan. Pandangan yang muncul pada abad 18 di Perancis.

Agnostisisme

Agnostisisme adalah paham manusia yang tidak mau tahu atau tidak tahu tentang adanya Tuhan. Namun hal ini lebih disebabkan karena kebuntuan pemikiran untuk mendefinisikan Tuhan. Bagi para filsuf ini, Tuhan di berada di luar Jangkauan pemikiran manusia.

Ateisme

Ateisme berari penyangkalan adanya Allah. Namun arti tentang Allah yang disangkal adanya, tidak sama dengan pandagan semua orang, oleh karenanya arti ateisme berbeda-beda juga. Lima model ateisme yang diuraikan Magnis Suseno adalah ateisme dalam diri Ludwig Feuerbach, Karl Marx, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud dan Jean Paul Sartre.

Scientisme merupakan bagian dari Ateisme

Scientisme, sesuai dengan dogma rasionalis, memandang inteligensi manusia sebgai ukuran seluruh inteligibilitas, scientisme membatasi rasionalisme sendiri dalam batas-batas pengetahuan saja, sehingga roh manusia sendiri direduksi sampai dimensi ilmiah saja. Segala sesuatu dipandang sebagai obyek yang dapat diukur, bahkan subyek pada akhirnya nanti dibendakan juga. Maka pada akhirnya scientisme menolak metafisika, sehingga apa yang dipikirkan secara metafisik dibendakan begitu saja, dan ini adalah bentuk ateisme. Problem lebih lanjut adalah scientisme melawan pemikiran agama dan iman. Hal ini terjadi pada masa Galilei yang mengemukakan tentang bumi yang diistilahkan geo-sentris.
Hal lain yang kemudian muncul juga pada Charles Darwin dengan teori evolusi yang menyangkal kisah penciptaan manusia dalam naskah Alkitab.

Ludwig Feuerbach

Ateisme menurut Feuerbach (1804-1872) adalah memandang Tuhan dalam agama hanya sebagai proyeksi dari kehendak manusia saja. Dia menolak pandangan Hegel yang menyatakan Tuhan mengungkapkan diri dalam kesadaran manusia. Baginya, yang nyata bukan lah Tuhan, yang nyata adalah manusia. Tuhan hanyalah proyeksi manusia yang mendamba sifat-sifat yang tidak dapat dicapainya.
Kehendak manusia untuk berkuasa, serba tahu, ada di mana-mana, dan tidak terikat waktu itu kemudian dilemparkannya pada "hal lain" yang adalah Tuhan.
Sebab kepastian yang nyata adalah yang dapat di tangkap inderawi, yaitu realitas manusia. Pandangan seperti ini nanti akan masuk dalam filsafat meterialisme. Kebaikan pandangan Feuerbach ini adalah menyatakan hakekat manusia untuk kreatif, berbelas kasih, baik, saling menyelamatkan dsb. Aneh bila manusia menyembah Tuhan yang adalah dirinya sendiri, maka manusia seharusnya menarik agama ke dalam dirinya sendiri supaya ia menjadi kuat, baik, adil dana maha tahu.

Karl Marx

Menurut Karl Marx, agama adalah candu masyarakat, karena agama, masyarakat menjadi tidak maju dan bersikap rasional. Agama yang dimaksud Marx adalah agama Kristen Ateisme yang diajarkan Marx adalah ateisme modern.Agama yang mengajarkan Tuhan yang serba bisa hanya menipu dan menyesatkan masyarakat. Marx mengkritik Feuerbach yang hanya menyatakan bahwa Tuhan adalah khayalan, namun tidak mencari sebabnya. Bagi Marx sebab yang diberikan adalah manusia lari kepada Tuhan karena penindasan yang mereka terima dari masyarakat kelas yang dikritiknya.
Menurutnya agama hanya menjadi penghalang manusia untuk menyangkal dan memperbaiki hidupnya yang sedang ditindas, seandainya Tuhan dan agama tidak ada, maka manusia bisa hidup bebas dan bermartabat. Di sinilah Tuhan sekiranya dicoret karena tidak diperlukan. Manusia seharusnya menolak kapitalisme yang sedang menindas mereka.

Sigmund Freud

Filsafat Ketuhanan dalam pandangan Sigmund Freud dengan terori psikoanalisnya dimulai denan pertanyaan, "Apakah kepercayaan akan Allah dapat dipertanggungjawabkan?" Hal ini berawal dari analisanya tentang perkembangan manusia yang mempercayai agama yang terkadang tidak mencari kebenaran-kebenaran di dalamnya. Manusia yang hanya menerima begitu saja agama-agama yang diajarkan kepadanya. Ide Allah hanyalah ilusi, namun begitu dibutuhkan manusia seperti seorang manusia yang membutuhkan seorang bapak yang melindunginya.
Namun Freud mengajukan pertanyaan selanjutnya,"Apakah agama benar-benar baik bagi  manusia?" Jawabannya adalah ambigu. Yang ditekankan olehnya adalah seharusnya manusia bertanya akan imannya sehingga dia tidak terjebak dalam bentuk-bentuk infantil dan neurotis. Pendk kata, Freud tidak memperdebatkan realitas Allah, namun lebih mengupas ilusi palsu kesadaran manusia. Karena bertanya, maka sesungguhnya penjelasan yang dikemukakan agama tidaklah memadai, Allah tidak bisa dijelaskan dalam intelektual, sehingga perlu ditolak juga. Terlebih lagi jika dicari manfaatnya, agama hanya sebagai penghambat perkembangan pribadi, maka harus pula ditolak.

Friedrich Nietzsche (1844-1899)

Friedrich Nietzsche sangat terkenal dengan Sabda Zarathustra (1883) bahwa "Tuhan telah mati". Inilah awal mula penolakannya terhadap Tuhan. Penolakannya terhadap Tuhan sebenarnya berasal dari kebenciannya melihat orang Kristen yang tidak menunjukkan kekristenan yang seharusnya menampilkan kasih. Kebenaran bagi dia sangat subyektif, dipikirkan manusia yang sangat super kekuasaannya terhadap dirinya sendiri.
Subyektivitas itu juga dalam hal kebenaran agama, apa yang disebut baik bisa saja sebenarnya sangat buruk, apa yang disebut buruk bisa saja sebenarnya sangat baik. Agama Kristen dianggap oleh Nietzsche sebagai bentuk Platonisme baru yang memisahkan antara dunia, kosmologi, materi dan apa yang dapat ditangkap oleh pancaindera. Dari sini keburukan Kristen kata Nietzsche dipandang meremehkan hal-hal duniawi, tampak seperti gnosis yang meremehkan hidup (tubuh, dunia, hawa nafsu) sehingga merupakan hasrat akan kehampaan, kehendak akan dekadensi, sebagai penyakit, kelesuah dan kepayahan hidup. Hal ini ditujukan kepada agama [Kristen]] yang memiliki label baik, sebenarnya sangatlah buruk, yaitu dengan ajaran-ajarannya yang sebenarnya membelenggu manusia untuk berkembang. Bagi dia, manusia adalah ukuran segala sesuatu, bukan Tuhan yang disebut agama Kristen. Manusialah tuhan atas ciptaan ini dan yang mampu mengerjakan apa yang diinginkannya.
Maka penolakan akan Tuhan adalah hal yang paling baik, sebab manusia menjadi tidak bergantung pada Allah (Kristen) yang hanya membelenggu manusia itu, katanya.

J. Paul Sartre (1905-1980)

Tuhan di mata Sartre kecil adalah sosok penghukum yang mengawasinya di manapun dia berada, oleh karenanya dia tidak suka kehadiran Tuhan. Tuhan juga tidak hadir ketika dia ingin menemuinya. Oleh karena itu Sartre sudah menolak Tuhan yang tidak nyata semenjak umur 12 tahun.[  Sartre yang tadi dididik secara Katolik berpindah kepada kesusastraan, yang disebut sebagai agama baru baginya. Namun secara sistematis, dan khas eksistesialis, penolakan atas Tuhan ini dilakukannya karena pemisahan radikal dalam tulisannya Ada dan Ketiadaan terjemahan dari Being and Nothingness.[10] Baginya, di dunia ini tidak ada grand design yang mutlak, manusialah yang bisa mengatur dirinya sendiri dengan eksistensinya. Eksistensi manusia mendahului esensinya; manusia ada dan kemudian menentukan "siapa dirinya". Dia menyangkal Descartes tentang Aku berpikir, maka aku ada, yang benar adalah Aku ada lalu aku berpikir. Dari sinilah dia meneruskannya dalam teori eksistensial fenomenologisnya, bahwa segala sesuatu harus dipisahkan dalam dua bagian; etre en soi / ada dalam dirinya sendiri atau etre-pour soi / ada untuk dirinya sendiri.
Segala sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri berarti tidak pasif, tidak aktif, tidak afirmatif juga tidak negatif, ada begitu saja, tanpa fundamen, tanpa dapat dirutunkan dari sesuatu lain, tidak berkembang. Sedangkan ada untuk dirinya sendiri adalah sebuah kesadaran], dan ini khas manusia. Dari pemisahan inilah, dia melabel Tuhan orang Kristen yang tidak berubah itu masuk dalam golongan ada dalam dirinya sendiri, maka dari itu dia tidak lebih besar dari manusia yang memiliki kesadaran untuk memilih esensinya sendiri. Di sinilah penyangkalan Tuhan itu terjadi, dia tidak mengakui Tuhan lebih tinggi dari manusia, maka Tuhan tidak diperlukan lagi. Karena Tuhan tidak lagi ada, maka manusia menjadi bebas dan bisa menentukan kondisi bangsanya.














BAB 3
Kesimpulan
Filsafat ketuhanan mengajarkan manusia mengenal tuhan melalui akal pikiran semata-mata yanag kemudian kebenarannya didapati sesuai dengan wahyu (kitab suci).
Dengan kata lain, bahwa baik agama mauapun filsafat ketuhanan sama- sama bertolak dari pangkalan pelajaran ketuhanan, tetapi jalan yang ditempuh berbeda.
Masing-masing menempuh cara dan jalannya sendiri, namun keduanya akan bertemu kembali di tempat yang dituju dengan kesimpulan yang sama: Tuhan Ada dan Maha Esa.


Resume



















Penutup
            Demikian makalah tentang Filsafat Ketuhanan yang telah kami susun, puji syukur kembali kami ucapkan kepada Allah Swt.
            Semoga seluruh pembahasan dan materi yang kami cakup dalam makalah ini bermanfaat untuk pembaca maupun kita semua sebagai mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis.